Ria Uki Suharsi merupakan alumni Sosiologi UGM tahun 1996 yang meniti karir sebagai diplomat. “Diplomat itu adalah profesi yang sangat membanggakan karena memperjuangkan kepentingan Indonesia di kancah internasional, dan sangat relevan dengan ilmu yang dipelajari oleh lulusan sosiologi,” jelas Ria. Sebagai alumni Sosiologi UGM, Ria telah menggeluti bidang diplomasi selama lebih dari 23 tahun sejak lulus dari UGM.
Bersama dengan Tim Media Departemen Sosiologi UGM pada Sabtu (12/11), ia membagikan pengalamannya sebagai seorang diplomat, hingga memberikan saran dan pesan sebagai alumni Sosiologi UGM kepada mahasiswa/i sosiologi saat ini.
Sebagai alumni Sosiologi UGM, apa pengalaman berkesan selama menjadi mahasiswa, dan bagaimana ilmu sosiologi menurut Anda setelah terjun ke dalam dunia kerja saat ini?
Senang sekali berkesempatan menuntut ilmu di Sosiologi UGM. Walaupun saya bukan termasuk pada golongan aktivis kampus, teman-teman sosiologi dulu sangat mendorong saya untuk berkecimpung dalam kegiatan kampus. Ilmu yang saya dapatkan selama menjadi mahasiswa memperkuat daya analisis dalam memahami dan menyusun konsep serta menganalisis situasi dalam lingkungan kerja. Salah satunya adalah mata kuliah Metodologi Penelitian Sosial, yang sangat memperkuat kemampuan saya dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan. Ini berguna bagi bidang kerja yang saya minati yakni di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) sejak awal lulus dari Sosiologi UGM.
Saya memahami bahwa ilmu sosiologi itu sangat mempermudah pekerjaan sehari-hari. Misalnya, dalam memahami situasi dan tanggung jawab kerja, menyusun konsep, menganalisis materi, menjalin hubungan dengan kementerian lain serta membantu menyusun dan merumuskan kebijakan di bidang kerja sama apapun. Karena prinsipnya, diplomasi itu memperjuangkan kepentingan nasional di berbagai bidang untuk kerja sama di tingkat internasional. Sehingga di Kemenlu memerlukan interaksi dengan kementerian lain untuk mendukung kebijakan yang dikeluarkan.
Sumber gambar: dok. pribadi narasumber
agaimana perjalanan karir Anda selama lulus kuliah hingga saat ini sebagai Diplomat?
Lulus dari Sosiologi UGM tahun 1996, saya bekerja di sektor swasta pada jangka waktu kurang lebih setahun. Setelah itu, saat mengetahui bahwa lulusan sosiologi diperlukan di Kementerian Luar Negeri sebagai diplomat, saya memantapkan diri untuk berkarir dalam bidang kerja ini. Kemenlu termasuk yang proaktif menggalang alumni UGM dan semua lulusan dari Yogyakarta, Jawa Tengah dan sekitarnya melalui rangkaian seleksi. Saya kemudian lolos seleksi dan ditempatkan di Direktorat Kerja Sama Fungsional ASEAN, yaitu bagian yang menangani kerja sama pembangunan sosial dan pengentasan kemiskinan. Selama menangani isu-isu itu, ada kerja sama pula dalam penanganan kejahatan lintas negara, dan kerja sama negara-negara mitra ASEAN. Setelah itu mutasi, ditempatkan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Paris pada tahun 2004-2007 dalam rangka fungsi politik. Kemudian tahun 2007-2010 ditugaskan kembali di Jakarta untuk menangani isu kerja sama ASEAN dengan Mitra Wicara yaitu ASEAN-Rusia. Setelah kurang dari 3 tahun, saya ditempatkan di KBRI Brasilia tahun 2010-2014. Lalu tahun 2014-2017, saya ditempatkan kembali ke Jakarta, dalam rangka menangani isu kerja sama teknis, biro sumber daya manusia, selama kurang dari 3 tahun. Pada tahun 2017-2021, saya ditugaskan di KBRI Brasilia untuk mengisi jabatan sebagai Kepala Kanselerai. Artinya, mengelola urusan SDM, keuangan, dan substansi di bawah Duta Besar. Terakhir, Agustus 2021 hingga sekarang, saya kembali ke Jakarta untuk penempatan di Sekretariat Inspektorat Jenderal sebagai Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Manajemen. Begitulah perjalanan karir saya selama lebih dari 23 tahun sebagai diplomat sebagai profesi dengan mobilitas tinggi.
Saya memilih untuk belajar untuk menangani isu yang diluar diplomasi, seperti negosiasi dan sebagainya. Karena berbicara mengenai diplomat itu mencakup beberapa tugas dan fungsi utama. First, representing yaitu mewakili kepentingan negara. Second, negotiating yaitu menegosiasikan kepentingan kita dalam berbagai kerjasama di tingkat internasional. Third, protecting atau melindungi kepentingan warga negara Indonesia di luar negeri. Keempat, promoting yakni mempromosikan kerja sama dengan negara-negara lain. Kelima, reporting yakni bagi setiap diplomat penting menyampaikan terkait hal yang harus dilakukan saat di dalam dan luar negeri serta mengenai hal yang perlu diajukan untuk pemasukan bagi kebijakan hubungan luar negeri kita. Terakhir, keenam yakni managing atau lebih ke unit pendukung, salah satunya adalah unsur pengawasan yaitu Inspektorat Jenderal.
Bagaimana hardskill dan softskill yang penting dan sangat berpengaruh pada perjalanan karir Anda sebagai diplomat?
Hal terpenting dalam softskill yang harus dimiliki sebagai basis utama yakni kemampuan berempati dan beradaptasi dengan lingkungan. Diplomat itu adalah profesi yang akan selalu bermutasi selama tiga atau empat tahun baik di dalam maupun di luar negeri. Sehingga kemampuan beradaptasi sangat diperlukan sebagai seorang diplomat. Selain itu skill berkomunikasi yang baik dengan berbagai pihak turut andil dalam fungsi diplomat, baik tujuan memajukan kepentingan Indonesia di luar negeri maupun dalam mendapatkan dukungan dari apa yang kita perjuangkan. Terkait dengan hardskill misalnya adalah daya analisis. Artinya, profesi diplomat itu rata-rata membutuhkan kemampuan dalam memahami, menyusun, dan menganalisis konsep atau materi terkait hubungan luar negeri. Keahlian tersebut menjadi hal utama yang membekali saya dalam perjalanan karir di Kementerian Luar Negeri.
Sumber gambar: dok. pribadi narasumber
Aspirasi skill Sosiologi seperti apa yang diperlukan oleh institusi dunia pekerjaan terkhusus dalam jabatan fungsional keahlian diplomat?
Profesi diplomat merupakan jabatan fungsional keahlian seperti halnya hakim, jaksa, guru dan sebagainya. Artinya, untuk menjadi diplomat kita harus melalui seleksi PNS terlebih dahulu. Adapun dua hal yang ingin saya sampaikan sebagai alumni Sosiologi yang berprofesi sebagai diplomat. First, lulusan Sosiologi itu sangat diperlukan dalam proses rekrutmen jabatan fungsional keahlian di Kemenlu. Ini sudah tercantum di Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 4 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Diplomat, dimana salah satu syarat itu adalah berijazah S1 di bidang ilmu HI, ilmu hukum, dan salah satunya adalah sosiologi. Kemudian di Permenlu Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Diplomat Nomor 16 Tahun 2019 juga mempersyaratkan bahwa ilmu sosiologi itu sebagai salah satu background yang diperlukan oleh profesi diplomat.
Disisi lain, karena sekarang diplomat pada saat yang bersamaan juga sebagai PNS, untuk masuk sebagai diplomat harus lulus seleksi PNS dulu. Tes Kemampuan Dasar pada masa saya spesifik menyangkut ilmu hubungan internasional dan secara umum, yang saya yakin lulusan sosiologi juga pasti mudah dalam memahaminya. Kalau sudah lolos tes tersebut, maka langkah selanjutnya adalah membaca peraturan terkait jabatan fungsional diplomat. Misalnya adalah memahami tugas-tugas yang dilakukan oleh seorang diplomat seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Sehingga teman-teman dapat mengaitkan bahwa ilmu sosiologi relevan untuk memenuhi profesi yang membutuhkan daya analisis serta pemahaman materi atau konsep kebijakan dan hubungan luar negeri.
Bagaimana saran dan pesan bagi mahasiswa Sosiologi yang ingin meniti karir dengan pekerjaan di tingkat internasional?
Ada banyak peluang dalam meniti karir secara internasional, baik melalui institusi dan lembaga internasional maupun lembaga konsultan dalam negeri yang cocok dengan ilmu sosiologi. Terkhusus menjadi seorang diplomat bagi mahasiswa yang tertarik, tiket pertama kita adalah sebagai lulusan Sosiologi yang merupakan lulusan yang diperlukan untuk profesi diplomat. Selanjutnya adalah pentingnya bagi lulusan sosiologi untuk memiliki bekal seperti kemampuan menganalisis, berempati, dan beradaptasi dengan beragam situasi dan kebudayaan. Kemampuan menganalisis bisa diasah melalui komparasi kebijakan sosial di Indonesia dengan negara lain. Ini sangat mengasah kemampuan mengetahui dan menganalisis secara praktek dari apa yang kita alami di Indonesia dengan negara lain terkait dengan penerapan kebijakan sosial di berbagai negara. Tidak lupa pula untuk semakin memperkuat kemampuan berbahasa inggris dan bahasa asing lainnya yang bermanfaat untuk mendukung karir kedepannya. Berbagai kegiatan di dalam dan luar kampus juga menjadi poin menarik dalam memberikan pengalaman kerja apapun bukan hanya di profesi diplomat.
Di akhir wawancara, Ria memberikan pesan dan harapannya bagi mahasiswa/i Sosiologi UGM. “Semoga ada teman-teman yang tertarik untuk mendaftar sebagai diplomat. Sukses dan semangat selalu,” tutupnya dalam wawancara ini.
Penulis: Kartika Situmorang
Ria Uki Suharsi merupakan alumni Sosiologi UGM tahun 1996 yang meniti karir sebagai diplomat. “Diplomat itu adalah profesi yang sangat membanggakan karena memperjuangkan kepentingan Indonesia di kancah internasional, dan sangat relevan dengan ilmu yang dipelajari oleh lulusan sosiologi,” jelas Ria. Sebagai alumni Sosiologi UGM, Ria telah menggeluti bidang diplomasi selama lebih dari 23 tahun sejak lulus dari UGM.