Departemen Sosiologi Universitas Gadjah Mada bersama dengan Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Bappenas menyelenggarakan acara briefing beasiswa Pusbindiklatren BAPPENAS di Student Common Room, International Postgraduate Program, Lantai 3 FISIPOL UGM pada Kamis (6/10). Sebanyak tujuh mahasiswa Magister Sosiologi dan lima orang perwakilan Bappenas hadir secara onsite. Acara briefing ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan informasi dan pengarahan kepada para mahasiswa peserta Split-Site Master’s Program (SSMP).
Acara dimulai dengan pemaparan materi dari Pusbindiklatren Bappenas mengenai beasiswa AAS sebagai wujud kerja sama antara Pemerintah Australia melalui Australia Awards in Indonesia (AAI) dengan Pemerintah Indonesia. Dalam pemaparan tersebut, ketentuan khusus Split-Site Master’s Program (SSMP) baik dari nilai minimal IELTS maupun aturan karyasiswa yang tidak dapat melanjutkan studi tahun kedua di universitas luar negeri turut dijelaskan dalam pemaparan briefing. Selain itu enam dokumen kelulusan yang dibutuhkan, aturan keadaan kahar, komponen pembiayaan karyasiswa program SSMP dan zonasi pembiayaan tunjangan biaya hidup dipaparkan sebagai komponen penting bagi pendaftar beasiswa.
Dilanjut pada sesi tanya jawab setelah pemaparan materi, salah satu peserta mempertanyakan terkait pra-keberangkatan setelah nilai minimum IELTS terpenuhi. “Kalau skor sudah memenuhi minimum, maka pihak AAI akan menentukan berapa bulan pengayaan selama pre-departure training, dan secara simultan juga akan didaftarkan ke universitas di Australia,” jawab perwakilan Bappenas. Ia juga mengingatkan agar sebelum keberangkatan ke Australia, mahasiswa menyelesaikan terlebih dahulu urusan perkuliahan dan tesis di Magister Sosiologi UGM.
Dilain sisi, pihak Bappenas menekankan juga kepada peserta program beasiswa untuk memperhatikan beberapa aspek. Pertama, tes psikotes dan medical check-up sebelum keberangkatan. Hal ini disebabkan karena ketatnya aturan keberangkatan ke Australia sehingga penetapan enam bulan sebagai standar minimal untuk cek kesehatan perlu diperhatikan. Kedua, pengurusan paspor, VISA dan pengisian kuesioner.
Beberapa pengalaman penerima beasiswa dan strategi perkuliahan di Australia turut disampaikan oleh pihak Bappenas. “Nantinya disana juga ada Student Contact Officer (SCO) yang akan membantu teman-teman proofreading untuk tugas-tugas penulisan selama perkuliahan,” tambah pihak Bappenas. Mereka menambahkan bahwa SCO merupakan fasilitas gratis yang disediakan oleh AAS untuk penerima beasiswa.
Di akhir acara, pihak Bappenas mengucapkan terima kasih kepada seluruh partisipan. “Semoga bermanfaat, lancar studinya, dan tercapai cita-cita kuliah di Melbourne,” tutup perwakilan Bappenas dalam acara briefing tersebut.
Penulis: Kartika Situmorang