Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka merupakan program pertukaran mahasiswa dalam negeri selama satu semester di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Sebagai salah satu program yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menempuh studi dengan latar belakang keberagaman budaya nusantara dari perguruan tinggi yang berbeda, program PMM menjadi salah satu program unggulan MBKM. Hal inilah yang dimanfaatkan mahasiswa untuk merasakan iklim pembelajaran baru di luar kampus mereka.
Iga Ayu Maharani, mahasiswa Sosiologi angkatan 2020 yang mengikuti program PMM di Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong membagikan pengalamannya melalui wawancara zoom pada Kamis (6/10). Iga mengatakan bahwa pemilihan kampus tersebut didasarkan oleh penawaran kampus dalam mata kuliah Modul Nusantara. “Melalui Modul Nusantara ini, mahasiswa nantinya akan berkunjung ke Raja Ampat untuk berkontribusi secara sosial dan mendapatkan pembelajaran adat,” tambahnya. Hal ini menjadi pertimbangan utama Iga dalam implementasi secara praktis sebagai mahasiswa Sosiologi untuk berhubungan langsung dengan masyarakat, mengenal lebih jauh kondisi masyarakat Papua, dan memahami dinamika suku-suku yang ada disana.
Senada dengan Iga, Naysilla Rose, mahasiswa Sosiologi yang mengikuti PMM di Universitas Hasanuddin Makassar (UNHAS) melihat bahwa PMM memperkaya perspektif baru sebagai mahasiswa yang datang dari Pulau Jawa. “Kultur dan realitas sosial di Makassar memperbanyak perspektif. Aku memikirkan mengenai personal problem dan public issues dalam lingkup masyarakat disini,” jelasnya. Sebagai mahasiswa yang mengambil Program Studi Sastra Daerah di UNHAS, Naysilla merasakan keterbukaan masyarakat Makassar mempermudahnya dalam menyesuaikan diri dengan budaya yang ada disana.
“Melalui program PMM khususnya di daerah 3T ini, aku seperti puasa dalam gemerlapnya kota, serta mempelajari sisi lain dari kebiasaan yang sering aku lakukan,” ungkap Iga. Bertambahnya relasi mahasiswa antarpulau, memperkaya pengetahuan dan pengalaman serta minimnya fasilitas transportasi di tempat menempuh studi menjadi suka duka yang dialami Iga dan Naysilla selama menjadi mahasiswa PMM.
Penulis: Kartika Situmorang