Prestasi membanggakan datang dari salah satu alumni Departemen Sosiologi UGM, Delima Silalahi, sebagai penerima penghargaan Goldman Environmental Prize 2023. Penghargaan ini diberikan setiap tahunnya kepada aktivis gerakan akar rumput di bidang lingkungan oleh Goldman Environmental Foundation di Amerika Serikat. Delima berhasil menjadi salah satu dari enam penerima penghargaan tahun ini sebagai perwakilan dari Asia. Keberhasilan tersebut diraih atas kerja keras Delima dan Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) dalam membersamai masyarakat adat di Sumatera Utara untuk merebut kembali hak kelola atas hutan adat disana.
Saat ini, Delima merupakan Direktur KSPPM dan telah bergabung di KSPPM sejak tahun 1999. Dalam kesempatan wawancara, Delima menceritakan motivasi beliau untuk bergabung ke KSSPPM. “Dari kecil (saya) tinggal di desa dan suka tinggal di desa dan (saya) ingin berbuat sesuatu di desa. Saya sudah mengenal KSPPM sejak kecil dan sudah sampai 40 tahun, KSPPM sangat leading dalam melakukan advokasi lingkungan terutama dengan adanya perubahan terhadap hutan yang menjadi gersang dan justru kemiskinan semakin menjadi-jadi di masyarakat,” ujar Delima. Ia juga menceritakan bagaimana perjalanan karir beliau saat dimulai dari bagian adminsitrasi dengan tugas untuk menerima, mengumpulkan, dan mengelompokkan laporan dari lapangan. Kemudian, ia sempat menjadi staf studi dan advokasi sebelum ia melanjutkan studi di Program Magister Sosiologi UGM pada tahun 2013.
Delima mengatakan banyak pilihan pertimbangan untuk menentukan dimana ia akan melanjutkan studi. Ia mempertimbangkan kesempatan untuk melanjutkan studi di luar negeri dan juga mempertimbangkan kondisi keluarga yang pada saat itu ia masih memiliki bayi berusia 3 tahun sehingga kebutuhan untuk kembali ke rumah selalu menjadi pertimbangan beliau. Namun, ia memilih Departemen Sosiologi UGM setelah banyak mempertimbangkan pilihan-pilihan sebelumnya dan ia menyebutkan bahwa Departemen Sosiologi UGM menjadi institusi yang mampu untuk melakukan transfer pengetahuan kepada masyarakat khususnya berkaitan dengan gerakan-gerakan sosial. Delima juga bercerita tentang memori-memori selama berkuliah di Departemen Sosiologi UGM. “Dulu agak takut dengan beberapa dosen karena ada yang mengatakan jangan mengambil kelas beliau, nanti nilainya jelek,” ungkap Delima. Delima menyelesaikan studi di Program Magister Sosiologi UGM dengan menulis tesis berjudul “Gerakan Kolektif Masyarakat Adat Batak Toba Memperjuangkan Pengakuan Eksistensi dan Hak-Hak Adat” dibawah bimbingan Prof. Dr. Suharko. Ia menambahkan pengetahuan yang didapatkan selama berkuliah di UGM membantunya dalam menggunakan banyak pisau analisis untuk membaca fenomena-fenomena sosial dan kemudian ia rumuskan menjadi sebuah analisis dalam bentuk policy paper.
Berbicara mengenai penghargaan Goldman Environmental Prize yang ia terima, awalnya Delima berpikir bahwa informasi tersebut adalah hoaks namun kemudian ia menerima dokumen-dokumen sebagai bukti dari penghargaan tersebut. Walaupun penghargaan tersebut diberikan dengan kategori indvidu-individu yang berpengaruh dalam sebuah perjuangan gerakan, ia berharap penghargaan tersebut tidak hanya ditujukan kepada dirinya secara individu namun juga kepada KSPPM dan gerakan masyarakat adat sebagai apresiasi tinggi terhadap gerakan akar rumput di masyarakat desa di Sumatera Utara. Ketika ditanya mengenai makna penghargaan tersebut bagi dirinya pribadi, Delima menjawab “Bagi saya pribadi, yang saya lakukan ini bermakna dan dihargai orang lain. Ada banyak tantangan seperti harapan yang besar, saya merasa pilihan saya tidak salah dan saya merasa termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam menghadapi tantangan untuk konsisten dalam melakukan perjuangan gerakan,”. Ia juga memaknai penghargaan tersebut sebagai buah dari pengorbanan waktu dari Delima untuk keluarga yang kadang harus ia tinggalkan saat bertugas.
Sebagai penutup, Delima berpesan bahwa bergabung menjadi bagian dari gerakan lingkungan atau gerakan masyarakat adat adalah hal yang menarik dan bukan hal yang sia-sia. Hal ini menjadi refleksi untuk dapat memberikan makna bagi orang lain bahkan dengan kontribusi sekecil apapun. “Apapun pilihan kita memiliki konsekuensi, ada yang dikorbankan. Ketika kita mencintai apa yang kita kerjakan maka akan banyak hal baik yang dating,” ujar Delima.