Luki Aulia Mohtar merupakan alumni Sosiologi UGM tahun 2000 yang telah meniti karir sebagai wartawan di Kompas. “Wartawan adalah pekerjaan yang keren karena bisa memberikan suara kepada masyarakat yang tidak bisa bersuara melalui tulisan dan liputan, ini hal yang sangat priceless,” ungkapnya. Sebagai alumni sosiologi yang telah tertarik dengan dunia pers sejak menjadi mahasiswa, Luki telah menggeluti bidang ini selama 22 tahun.
Bersama dengan Tim Media Departemen Sosiologi UGM pada Rabu (14/12), ia menyuarakan pengalamannya sebagai seorang wartawan, pemikirannya mengenai peran ilmu sosiologi dalam mendukung pekerjaannya, hingga pesan kepada mahasiswa/i sosiologi saat ini.
Selama kuliah di UGM, pengalaman apa yang didapatkan berkaitan dengan kegiatan di dalam dan luar kampus?
Saya kuliah di Sosiologi UGM selama enam tahun, karena tidak terburu-buru lulus dan lebih memperbanyak kegiatan kemahasiswaan. Pengalaman berkesan selama menjadi mahasiswa adalah kegiatan di senat, BEM, dan gelanggang mahasiswa. Ketertarikan dalam menulis dan kerja-kerja wartawan, membuat saya juga aktif dalam kegiatan unit fotografi di gelanggang. Kegiatan-kegiatan bersama dengan teman mahasiswa lain adalah hal yang membuat saya menjadi seperti sekarang. Kegiatan kemahasiswaan di dalam dan luar kampus pada akhirnya menjadi penting untuk bekal masuk ke dalam lapangan kerja profesional. Mengikuti organisasi bermanfaat dalam pengalaman menjalin hubungan dengan orang lain, tuntutan membuat keputusan, menumbuhkan ide-ide kreatif dan inovatif, serta membangun diskusi dan mempertimbangkan masukan secara cepat dan bijak. Inilah yang jarang didapatkan dalam ruang kelas. Bukan berarti pengalaman belajar dalam ruang kelas tidak penting, karena teori sosiologi yang kita pelajari juga sangat berguna dalam memberikan perspektif di lingkungan kerja. Kalau kita hanya belajar di ruang kelas, khawatirnya ibarat katak dalam tempurung, pola pikir tidak luas jika dihadapkan dengan pengambilan keputusan.
Apa yang Anda pikirkan mengenai ilmu sosiologi setelah menjadi alumni dan kemudian terjun dalam dunia kerja saat ini?
Teori sosiologi yang kita pelajari dalam ruang kelas berguna ketika kita melihat suatu fenomena atau peristiwa. Pekerjaan wartawan tidak jauh dari liputan peristiwa dan analisis fenomena. Ilmu sosiologi sangat penting dalam membantu memberikan makna atau mendudukkan perkara pada suatu peristiwa.
Beberapa waktu lalu, saya selama enam bulan berada di China untuk melihat masyarakat China dan hubungannya dengan Indonesia. Saya banyak menggunakan teori sosiologi baik dalam menguak kisah China hingga menjadi negara seperti sekarang maupun memahami penyebab mereka lebih menutup diri dalam urusannya saat corona kemarin. Isu-isu tersebut lebih mengarah kepada ilmu sosiologi dibandingkan hubungan internasional, dikarenakan lebih mengarah kepada unsur masyarakatnya. Isu demo di China juga banyak saya kritisi melalui teori sosiologi. Pada hakikatnya, teori sosiologi itu memiliki relevansi dengan banyak persoalan dan fenomena di sekitar kita.
Bagaimana dinamika Anda di tengah persaingan dengan mereka yang sudah belajar dari awal tentang jurnalistik?
Kalau di institusi Kompas, tidak pernah hanya mengambil teman-teman lulusan dari jurusan komunikasi saja. Sekitar seratus wartawan di koran Harian Kompas, latar belakangnya sangat variatif. Mereka yang dari komunikasi dan jurnalistik tampaknya hanya beberapa saja. Semuanya ada, bahkan dari latar belakang jurusan kedokteran hewan hingga teknik nuklir. Ilmu itulah yang akan memperkaya institusi dan koran kita. Misalnya, tulisan mengenai fenomena COVID dari perspektif kedokteran memiliki bahasa yang kaku, sehingga teman-teman dari latar belakang pendidikan yang berbeda akan mengisi dan memberi warna pada satu tulisannya.
Sosiologi itu ilmu yang lentur dan bisa kemana-mana karena urusannya dengan masyarakat dan suatu fenomena. Pandemi COVID-19 membuat masyarakat saling mencurigai satu sama lain, itu bisa dijelaskan dan dianalisis dengan teori sosiologi. Kita lulusan sosiologi menjadi lebih fleksibel ketika masuk ke dunia kerja.
Sumber gambar: dok.pribadi narasumber
Bagaimana awal mula karir Anda sejak lulus kuliah hingga saat ini?
Setelah lulus dari Sosiologi UGM pada tahun 2000, saya mendaftar kemana-mana, hingga pada akhirnya bekerja di institusi Kompas tahun 2001 sampai sekarang. Saya seolah memiliki panggilan jiwa untuk menjadi wartawan. Sehingga saya mampu bertahan bekerja sebagai wartawan di Kompas selama 22 tahun ini. Wartawan adalah pekerjaan yang saya sukai. Seperti layaknya hobi sehingga tugas-tugas apapun terasa tidak terlalu berat. Selama menjadi wartawan, saya menyukai perjalanan di berbagai daerah dan negara serta pertemuan dengan banyak orang. Inilah yang kemudian membuat saya berpikir untuk teman-teman semua, bahwa perlu mempertimbangkan kesukaan kita, maka saat bekerja kita bisa menikmatinya.
Bagaimana dinamika kerja seorang wartawan?
Kita bisa bertemu dengan banyak orang dari berbagai rentang usia dan lebih mudah mengetahui aspirasi rakyat. Wartawan merupakan pekerjaan 24 jam, artinya siaga dan waspada jikalau terjadi sesuatu. Ketika masih menjadi wartawan awal, kita akan ditempatkan di banyak daerah. Ini lebih menyenangkan karena diterjunkan melihat masyarakat dan kondisi di daerah lain. Profesi wartawan itu seperti belajar setiap hari, karena setiap waktu akan ada hal yang baru, menyenangkan dan jauh dari kata membosankan.
Wartawan adalah penyambung lidah dan penyampai aspirasi masyarakat. Tulisan yang dimuat di media massa mengenai persoalan yang terdapat di suatu daerah pada gilirannya membantu masyarakat dalam menyampaikan keluhannya. Ketika tulisan yang dihasilkan oleh wartawan mempengaruhi kebijakan dan keputusan, ada kebanggaan tersendiri saat pekerjaan kita bisa membantu memperbaiki hidup orang lain.
Saya punya pengalaman berkesan saat meliput tentang isu guru honorer di Sukabumi dan Papua. Permasalahan yang kami dapatkan adalah rendahnya pendapatan guru honorer, serta mirisnya kondisi sekolah dan siswa disana. Pada saat liputan mengenai kondisi guru honorer dan pendidikan di daerah terpencil dipublikasikan di Kompas, kita banyak telepon dari berbagai kalangan yang ingin membantu baik secara materi dan non-materi. Tulisan yang dimuat di media pada akhirnya menawarkan pengambilan solusi atas permasalahan di daerah tersebut. Ketika tulisan dibaca orang, baik itu dari perusahaan swasta maupun filantropis, pada gilirannya memberikan sejumlah bantuan ketika mengetahui realita yang diungkapkan. Ketika orang membaca, dan tergerak untuk membantu, lalu kemudian membangun kondisi yang buruk menjadi baik, itulah titik utamanya. Wartawan dan media menuliskan tentang kondisi masyarakat tertentu, memberikan suara pada mereka yang tidak bisa bersuara serta membantu meningkatkan hidup mereka.
Sumber gambar: dok.pribadi narasumber
Closing statement untuk fresh graduate, mahasiswa yang masih menempuh studi dan atau memulai jenjang karir mereka saat ini?
Ilmu sosiologi meningkatkan keahlian dalam melihat dan memahami fenomena dalam masyarakat dengan banyak teorinya. Maka, bagi teman-teman yang sudah mau lulus dan akan mencari pekerjaan, kita harus melihat bekal yang sudah dipersiapkan dan minat yang sudah ditetapkan. Ketika hal tersebut sudah jelas, kejar terus dan kembangkan. Kepuasan nantinya akan dirasakan teman-teman ketika masuk atau sampai ke dunia pekerjaan yang disukai.
Penulis: Kartika Situmorang